Senin, 18 Mei 2015

MODEL PENYELESAIAN KONFLIK

Syamsuddin Simmau

Ada dua model penyelesaian konflik yang akhir-akhir ini sering dilakukan dalam menangani konflik. Model pertama dikenal dengan model managemen konflik dan model kedua disebut resolusi konflik. Managemen konflik menurut Robinson dan Clifford dalam Liliweri (2009) adalah tindakan konsruktif yang direncanakan, diorganisasikan, digerakkan dan dievaluasi secara teratur atas semua usaha demi mengakhiri suatu konflik. Managemen konflik harus dilakukan sejak dini, ketika konflik sudah mulai tumbuh. Ada beberapa hal yang tercakup dalam managemen konflik, yaitu;

a.   Pengakuan bahwa selalu ada konflik dalam setiap masyarakat.
b.   Analisis situasi yang menyertai konflik.
c.   Analisis perilaku semua pihak yang terlibat.
d.   Tentukan pendekatan konflik yang dapat dijadikan model penyelesaian
e.   Fasilitasi komunikasi, membuka semua jalur komunikasi baik langsung maupun tidak langsung, diskusi dan dialog dalam rangka mendengarkan.
f.    Negosiasi sebagai teknik untuk melakukan perundingan dengan pihak-pihak yang terlibat dalam konflik.
g.   Rumuskan beberapa anjuran, tekanan dan konfirmasi bagi kelestarian relasi selanjutnya.
h.   Hiduplah dengan konflik karena konflik tidak dapat dihilangkan, hanya dapat ditekan atau ditunda kekerasannya.
Model penyelesaian konflik selanjutnya adalah resolusi konflik. Menurut Morton dalam Liliewri (2009), resolusi konflik adalah sekumpulan teori dan penyelidikan yang bersifat eksperimental dalam memahami sifat-sifat konflik, meneliti strategi terjadinya konflik, kemudian membuat resolusi terhadap konflik. Pada resolusi konflik, semua peserta diberi keterampilan dan kemampuan untuk menjadi negosiator atau mediator konflik. Ada beberapa materi penting yang patut diperhatikan dalam memberikan keterampilan atau kemampuan berdiskusi dan berdialog kepada peserta, yaitu:
a.   Keterampilan berkomunikasi.
b.   Keterampilan mendengarkan secara efektif.
c.   Keterampilan menggali kebutuhan yang menjadi sumber konflik.
d.   Kemampuan untuk mempertemukan dua pihak.
e.   Kemampuan untuk menekan timbulnya masalah dua pihak.
Selain itu perlu pula diberikan tentang teladan pemecahan masalah, sebagai berikut:
a.   Hadapi masalah, bukan orang.
b.   Jelaskan apa yang dilihat, bagaimana pendapat Anda, dan bagaimana reaksi Anda terhadap orang atau situasi yang dilihat.
c.   Rumuskan apa yang dilihat itu secara verbal.
d.   Mengerti benar perasaan dan perilaku Anda.
e.   Beralih dari pembenaran ke pemecahan.
f.    Melihat ke depan karena di sana ada peluang dan harapan.
g.   Analisis situasi dan tekanan pandangan Anda dari dua sisi.
h.   Identifikasi butir-butir tertentu dimana Anda dapat melakukan kompromi.

i.    Terbukalah pada setiap hasil yang positif. 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar