Syamsuddin
Simmau
Clyde
Kluckhohn mengatakan bahwa sebuah nilai adalah sebuah konsepsi, eksplisit atau implicit,
yang khas milik seseorang individu atau suatu kelompok, tentang yang seharusnya
diinginkan yang memengaruhi pilihan yang tersedia dari bentuk-bentuk,
cara-cara, dan tujuan-tujuan tindakan dikutip dari Amri Marzali (2009:105).
Selanjutnya
Marzali mengemukanan bahwa salah satu hal yang membedakan antara nilai (value) dan kepercayaan (belief) adalah; nilai mengacu pada
kategori “good” dan “bad” atau baik dan buruk, dan atau “right” dan “wrong”
atau betul dan salah. Sementara kepercayaan mengacu pada “true” dan “false”
atau benar dan salah (tidak benar) dan “correct” and “incorrect” atau benar dan
tidak benar.
Sayangnya,
bahasa Indonesia memiliki keterbatasan kosa kata untuk mengimbangi kosa kata
bahasa Inggris. Sehingga, kata “true” dan “right”, kedua kata ini sering
diartikan “benar” atau “wrong” dan “false”, sering diartikan salah, sehingga sulit
dibedakan. Padahal, right dan true adalah dua hal yang berbeda. Right mengacu pada kebenaran teknis
berdasarkan indikator yang bersifat temporer dan lokal, sementara true mengacu pada kebenaran hakiki yang
telah diuji dengan indikator yang variatif dari berbagai right
dari lokalitas masing-masing.
Dengan
demikian, nilai seorang individu akan berbeda dengan individu lainnya, demikian
halnya dengan kelompok dan masyarakat. Sementara kebenaran, bisa diakui bersama
oleh individu maupun kelompok dan masyarakat. Dengan kata lain, kumpulan “right”
mengacu pada lahirnya “true”.
Sementara
dalam konsepsi agama, true mengacu
pada kebenaran ilahiah berdasarkan indikator universal yang dituangkan dalam
kitab suci-kitab suci. Dalam hal ini, nila-nilai agama bersifat universal sementara
nilai-nilai individu dan masyarakat bersifat lokalitas.
Mengapa
konsep nilai ini penting dibicarakan karena kadang seseorang atau kelompok
masyarakat lainnya cenderung menyalahkan individu atau kelompok masyarakat yang
tidak sesuai dengan nilai-nilai yang mereka anut. Padahal, nilai-nilai individu
ataupun masyarakat satau dengan lainnya berbeda satu sama lain. Akhirnya,
terjadi konflik horizontal yang tidak mampu lagi dimenej sebagai sebuah energi perubahan
ke arah perwujudan tatanan yang lebih baik. Disinilah pentingnya dibangun
komunikasi antar individu (agen) serta intra masyarakat dan antar masyarakat.
Dalam rumah tangga, perceraian
kadang terjadi karena adanya pelanggaran nilai-nilai individu dan atau
masyarakat dimana individu itu berasal oleh pasangannya. Pelaggaran nilai-nilai
tersebut yang tidak disertai dengan rasa penyesalan dan penghargaan terhadap
nilai individu lain, seperti suami dan istri, berakibat pada terjadinya
penurunan derajat kepercayaan (trust)
antar individu dalam rumah tangga. Penurunan kepercayaan pada individu
memfasilitasi munculnya kecurigaan satu dengan lainnya. Dalam kondisi ini,
biasanya orang lain (pihak di luar rumah tangga) dilibatkan baik langsung
maupun tidak langsung. Sementara pihak lain ini juga memiliki nilai sendiri.
Sehingga terjadi benturan nilai-nilai individu yang semakin kompleks. Akibatnya
terjadi perceraian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar