Rabu, 10 Juni 2015

KELUARGA IDEAL

Meskipun rumah tangga kadang mengalami sisi gelap, namun rumah tangga juga mengalami sisi terang. Henslin (2006:143) membantah anggapan bahwa pernikahan jarang berhasil. Mendukung bantahannya ini, Henslin mengutip pandangan Cherlin dan Fusrtenberg (1988), Whyte (1992), bahwa  sekitar dua dari tiga orang menikah di Amerika merasa sangat bahagia dari pernikahan mereka. Sejalan dengan ini, Henslin juga mengutip hasil penelitian Jeannette dan Robert Lauer (1992) yang telah melakukan wawancara terhadap 351 pasangan yang telah menikah selama 15 tahun atau lebih. Ternyata, dari  hasil penelitian Jeannette dan Robert Lauer tersebut ditemukan bahwa terdapat 51 pasangan mengaku tidak bahagia tapi mereka tidak bercerai dengan alasan agama dan tradisi keluarga atau demi anak-anak, selebihnya adalah pasangan yang bahagia. Ada beberapa alasan mengapa 300 pasangan merasa bahagia adalah:

1)    Menganggap pasangan mereka sebagai teman terbaik mereka.
2)    Menyukai diri sang pasangan.
3)    Menganggap pernikahan sebagai komitmen seumur hidup.
4)    Percaya bahwa pernikahan bersifat suci.
5)    Sepandangan dengan pasangan dalam hal sasaran dan tujuan.
6)    Percaya bahwa pasangan mereka telah tumbuh menjadi seorang yang semakin menarik seiring dengan waktu.
7)    Sangat menginginkan agar hubungan mereka langgeng.
8)    Tertawa bersama.
Sementara itu, hasil penelitian Sosiolog Nicholas Stinnet (1992) dalam Henslin (2006:143) yang meneliti 660 keluarga di seluruh Amerika, ia menemukan bahwa keluarga bahagia cenderung:
1)    Menghabiskan banyak waktu bersama.
2)    Mampu memuji dengan cepat.
3)    Bertekad meningkatkan kesejahteraan satu sama lain.
4)    Menghabiskan banyak waktu berbincang-bincang dan mendengarkan satu sama lain.
5)    Religius.

6)    Menghadapi krisis dengan cara yang positif.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar